Dibalik Gemerlap HUT ke-356: Ada Aset Kota Padang yang Terlantar dan Tercoreng
Di tengah kemeriahan menjelang hari jadi Kota Padang yang ke-356, sebuah ironi menyelimuti kebanggaan kolektif warga. Narasi tentang perjalanan sejarah panjang kota ini seolah terganggu oleh potret usang dan nyaris tak terurusnya sejumlah aset publik. Paling mencolok adalah kondisi memprihatinkan gedung kantor Dinas Perhubungan Kota Padang. Bangunan yang seharusnya menjadi representasi layanan publik, kini justru menampilkan kerusakan serius: atap yang bocor di berbagai titik, dinding keropos dan mengelupas, serta cat tembok yang memudar seakan kehilangan semangat.
Kondisi ini sontak memicu pertanyaan di benak masyarakat, adakah pemerintah daerah mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pemeliharaan aset vital ini? Desas-desus yang beredar mengindikasikan bahwa kerusakan ini bukanlah hal baru. Warga dan bahkan pegawai di lingkungan dinas tersebut mengakui bahwa kondisi serupa telah berlangsung cukup lama. Muncul asumsi kuat bahwa dana pemeliharaan tidak dianggarkan secara layak, atau bahkan nihil dalam daftar prioritas anggaran.
Beberapa sumber internal bahkan menyebutkan bahwa usulan perbaikan berulang kali kandas, tak pernah mendapat restu dari DPRD Kota Padang. Alhasil, gedung tersebut dibiarkan terlantar, kian rusak dari tahun ke tahun, menjadi saksi atas kelalaian pengelolaan.
Situasi ini adalah tamparan keras bagi pemerintah kota dan legislatif. Sebagai kota yang telah melampaui tiga abad sejarah, Padang semestinya mampu menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian aset publiknya. Mengabaikan perawatan gedung-gedung milik pemerintah bukan hanya menunjukkan cacat dalam tata kelola, tapi juga mencoreng citra kota yang tengah berupaya bangkit dari berbagai tantangan.
Lebih mencengangkan lagi, Dinas Perhubungan merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang memiliki peran signifikan dalam mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), terutama dari sektor transportasi dan retribusi perparkiran. Namun, ironisnya, kontribusi ekonomi yang besar ini tidak sebanding dengan kondisi kantor tempat mereka bekerja. Sebuah paradoks yang menuntut jawaban transparan dari para pemangku kepentingan.
Momentum hari jadi ke-356 seharusnya tidak hanya menjadi seremoni tahunan. Ini harus menjadi titik balik, sebuah cermin untuk merefleksikan kondisi nyata kota hari ini. Pemeliharaan rutin dan perbaikan infrastruktur semestinya menduduki daftar prioritas utama, agar Padang tak hanya dikenang karena sejarahnya, tetapi juga diapresiasi karena pengelolaannya yang profesional dan berkelanjutan.
Harapan warga kini tertumpu pada langkah-langkah konkret pemerintah, perbaikan menyeluruh, pengelolaan aset yang akuntabel, serta transparansi anggaran yang dapat dipercaya. Sebab, kota ini bukan sekadar kumpulan bangunan dan jalan, melainkan ruang hidup bersama yang mencerminkan identitas, harga diri, dan masa depan masyarakatnya.
Perayaan ulang tahun Padang kali ini sepatutnya menjadi lebih dari sekadar pesta. Ia harus menjadi panggilan mendesak untuk memperkuat komitmen, menjaga warisan, memperbaiki yang rusak, dan membangun masa depan kota yang lebih layak dan membanggakan. Karena kota ini adalah milik bersama, dan merawatnya adalah tanggung jawab kita semua.
Padang, 1 Agustus 2025
Penulis: Andarizal, "Wartawan biasa"