Dari Debu ke Mulus: Transformasi Jalan Baso-Batu Sangkar, Wujud Nyata Pelayanan BMCKTR Sumbar

SUMBAR - 31 MEI 2025 – Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, sebuah proyek vital tengah merajut asa baru bagi para pengendara di Sumatera Barat. Jalan provinsi yang menghubungkan Baso dengan Batu Sangkar, khususnya ruas Balai Selasa (P.036), kini tengah mengalami metamorfosis signifikan. Proyek rehabilitasi jalan ini, yang menjadi bagian integral dari program Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR Sumbar), bukan sekadar perbaikan fisik, melainkan sebuah janji akan kenyamanan dan keselamatan yang telah lama dinantikan.

Dengan suntikan dana sebesar Rp6.470.808.220,00 yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Barat, proyek ini resmi digulirkan pada tanggal 10 Maret 2025. PT. Anathama Konstruksi Utama dipercaya sebagai pelaksana, dengan pengawasan ketat dari CV. Jasa Reka Mandiri Consultant. Dalam jangka waktu 120 hari kalender, jalan yang dulunya mungkin terasa sempit dan kurang ideal, kini sedang diperlebar dan diaspal ulang, menjanjikan pengalaman berkendara yang jauh berbeda.

Senyum Puas dari Para Pengendara

Respons positif tak henti mengalir dari mereka yang setiap hari menjadikan ruas jalan ini sebagai jalur utama. Salah seorang sopir mobil boks, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Sudah sepantasnya Dinas BMCKTR Provinsi Sumbar mendapat apresiasi setinggi-tingginya," ujarnya dengan nada penuh syukur. "Berkat kegiatan rehabilitasi ini, kami para sopir merasa sangat nyaman. Jalan yang dulunya terasa sempit, kini sudah diperlebar di sisi kiri dan kanan. Ini sangat membantu sekali."

Kesan serupa juga diutarakan oleh seorang pengemudi mobil Avanza. Dengan wajah berbinar, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya. "Pengaspalan jalan ini adalah proses vital. Tujuannya jelas, untuk membuat jalan lebih kuat, tahan lama, nyaman dilalui, sekaligus mengurangi debu dan risiko kerusakan kendaraan," tuturnya. "Atas adanya proyek pembangunan infrastruktur jalan ini, kami sebagai penerima manfaat sangat berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, terutama Dinas BMCKTR Sumbar. Semoga kegiatannya tepat waktu dan tepat mutu." Pujian ini menjadi bukti nyata betapa proyek ini telah menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Ilmu di Balik Kilau Aspal: Suhu yang Menentukan Kualitas

Di balik mulusnya aspal yang baru terhampar, tersimpan ilmu dan ketelitian yang tak bisa diabaikan. Pembangunan infrastruktur jalan, terutama yang melibatkan pengaspalan, memiliki mekanisme yang sangat ketat, terutama terkait suhu aspal. Suhu ideal saat aspal dituangkan ke alat penghampar (asphalt finisher) adalah sekitar 130-150°C. Suhu ini krusial agar aspal mudah dipadatkan dan mengikat sempurna dengan lapisan di bawahnya.

Lebih lanjut, saat pencampuran aspal dengan agregat, suhu tidak boleh melebihi 177°C untuk mencegah degradasi termal. Meskipun suhu akan sedikit menurun saat pengangkutan, suhu minimal yang masih dapat digunakan adalah sekitar 85°C. Proses pemadatan sendiri dapat dilakukan selama suhu aspal masih di atas 120°C. Faktor lain seperti suhu lingkungan (udara dan tanah) juga berpengaruh besar; suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas dapat mengganggu kualitas pengaspalan.

Kesalahan dalam menjaga suhu aspal dapat berakibat fatal. Ikatan antara aspal dan agregat menjadi tidak kuat, membuat perkerasan jalan rapuh, permukaan tidak rata, dan rentan retak. Permeabilitas yang meningkat akan mempercepat masuknya air, menyebabkan kerusakan lebih lanjut, dan bahkan deformasi permanen akibat beban lalu lintas. Oleh karena itu, suhu optimal aspal yang berkisar antara 110-160°C, tergantung jenis aspal dan kondisi cuaca, menjadi kunci untuk menghasilkan perkerasan jalan yang berkualitas dan tahan lama. Bitumen, sebagai bahan pengikat dalam aspal, bersifat termoplastis, dan sifat viskoelastisnya sangat bergantung pada suhu.

Dengan komitmen kuat dan penerapan standar teknis yang ketat, proyek rehabilitasi jalan Baso - Batu Sangkar (Balai Selasa) ini menjadi cerminan nyata dari upaya Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Harapan akan jalan yang lebih baik, lebih aman, dan lebih nyaman kini bukan lagi sekadar impian, melainkan realitas yang dapat dirasakan oleh setiap pengendara. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :